Senin, 25 Februari 2008

*Pengembangan Soft Skill
Ciptakan Sarjana Ekonomi Berjiwa Entrepreneurship

Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak

Saat ini semua perusahaan menginginkan agar setiap saat memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti memenuhi persyaratan kompetensi untuk didayagunakan dalam usaha merealisasikan visi, misi, strategi mencapai tujuan jangka menengah dan jangka panjang perusahaan tersebut. Tapi sayangnya sistem pendidikan Perguruan Tinggi yang ada, tidak menciptakan tenaga kerja siap pakai dan memang tidak ada tenaga kerja dari suatu lembaga pendidikan umum yang seratus persen siap pakai.
Demikian dikatakan Direktur Utama PT Bank Kalbar, Jamaluddin Malik, Rabu ( 20/2) di rektorat lantai III Untan dalam acara seminar nasional pengembangan Soft Skill untuk menciptakan lulusan sarjana ekonomi yang berjiwa entrepreneurship.
“Sebagai lembaga perbankan kami mengaharapkan agar perguruan tinggi dapat menyiapkan tenaga kerja dalam bidang keuangan dan perbankan,” katanya.
Persiapan yang mesti dilakukan perguruan tinggi hendaknya merancang kurikulum dan pendekatan pembelajaran yang dapat menghasilkan lulusan sarjana professional dan memiliki kompetensi kerja yang tinggi di bidang keuangan dan perbankan, kurikulum agar didesain berbasis kompetensi melalui pendekatan pengajaran metode active learning, tenaga pengajar hendaknya perpaduan dari akademisi dan praktisi bidang keuangan dan perbankan, materi pembelajaran harus dekat dengan dunia praktik.
Perguruan tinggi haruslah memberikan ilmu pengetahuan, membentuk sikap dan karakter seorang professional di bidang keuangan dan perbankan. Metode pendidikan yang diterapkan mesti mengedepankan pengetahuan, keahlian, integritas tinggi terhadap dunia keuangan dan perbankan sehingga mampu bersinergi dengan praktek kerja dalam profesi keuangan dan perbankan. Pengembangan kemampuan akademis mahasiswa, pembinaan keterampilan professional, kepribadian memperkenalkan budaya bekerja keras dalam proses pembelajaran, memiliki penalaran dan kreativitas dalam menghadapi dunia nayata bidang keuangan dan perbankan.
Lulusan perguruan tinggi juga harus mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar kedua dengan menguasai bahasa Inggris secara efektif dengan standar TOEFL di atas 500.
“Yang terpenting perguruan tinggi dapat memberikan pemahaman dan menyiapkan kemampuan mahasiswa dalam bidang EQ dan SQ sehingga setelah mahasiswa terjun di masyarakat dapat bekerja dengan dasar nilai-nilai spiritual,” ujarnya.
Kebanyakan perusahaan, katanya mulai mengembangkan sumber daya manusia dalam organisasinya sejak dari proses rekrutmen. Ini dilakukan karena belum ada perguruan tinggi yang menyiapkan lulusan yang benar-benar siap pakai dalam arti menguasai seluruh kompetensi yang disyaratkan perusahaan. Dari hasil rekrutmen para peserta tidak langsung diterjunkan sebagai karyawan, tapi harus mengikuti program training officer development program (ODP) yang dilakukan selama satu tahun dengan pembagian waktu kegiatan class room selama 3 bulan, on the job training di lapangan selama 4 bulan dan on service training selama 4 bulan diakhiri masa membuat laporan akhir tahun serta ujian makalah selama 1 tahun.
“Kegiatan ODP ini dimaksudkan agar para peserta memahami dengan baik visi, misi, nilai-nilai, budaya kerja, tugas pokok organisasi sehingga terbentuk kompetensi, integritas, rasa memiliki perusahaan dan membentuk profesionalisme di bidang perbankan seperti yang kami inginkan,” jelas Jamaluddin.
Direktur SDM dan Umum PT. Perkebunan Nusantara XIII Persero, Wagio Ripto Sumarto yang juga sebagai pembicara dalam seminar nasional ini mengatakan lulusan S1 seharusnya memiliki tindakan kreatif, penemu ide, haus informasi, berpikir kritis, berpikir menyeluruh dan berpengetahuan. Selain itu lulusan S1 harus menjadi komunikator yang efektif, pengambil resiko, pekerja keras, bersikap integritas yang mengedepankan sikap jujur, dapat dipercaya, percaya diri, disiplin, tanggung jawab, perhatian, cinta, toleransi dan fleksibel.
Trend pendidikan abad 21 di Jepang, katanya pendidikan untuk hati dan jiwa dan pendidikan terintegrasi. Sedangkan di Korea pendidikannya mengembangkan kreativitas menjadi prioritas utama seperti hidup bijaksana, hidup disiplin, hidup layak, hidup cerdas, hidup bahagia, hidup memuaskan. Di Kanada pendidikan dikembangkan untuk membangun manusia secara keseluruhan, estetika dan kesenian, aspek emosi dan sosial, aspek intelektual, aspek fisik dan kesehatan, aspek tanggung jawab sosial.
”Tren pendidikan abad 21 di Singapore, pendidikan menyeluruh yang membangun moral anak, intelektual, fisik, sosial dan estetika, spirit intelektual dan emosional,“ katanya.
Ketua Panitia Seminar Nasional Pengembangan Soft Skill Untuk Menciptakan Lulusan Sarjana Ekonomi Yang Berjiwa Entrepreneurship, Irfani Hendri mengatakan seminar nasional ini adalah bagian dari acara Seminar dan Rapat Tahunan (Semirata) yang diikuti peserta yang berasal dari 16 PTN. Ada dua agenda pokok yang dibahas dalam acara Semirata ini yaitu seminar nasional dan rapat kerja tahunan.

Tidak ada komentar: