Kamis, 27 Desember 2007

Sukses Jadi Pemulung Dapat Menunaikan Ibadah Haji

Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Siapa yang menyangka, seorang perantau yang bekerja sebagai pemulung dapat menunaikan Ibadah haji hanya dari hasil mengumpulkan barang bekas dengan tidak membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menabung agar bisa menunaikan ibadah haji.
Rofi A. Adawiyah (25), anak dari H. Holil, seorang pengumpul barang bekas Sumber Rezeki di jalan Prof. M. Yamin menceritakan kehidupan keluarganya yang berprofesi sebagai pemulung yang sukses. Kisah kehidupan keluarga Rofi sebagai pengumpul barang bekas ini berawal dari tahun 1997 ketika Rofi, ayah, ibu dan abangnya merantau dari Gresik, Jawa Timur ke Pontianak, Kalbar. Waktu pertama kali menginjakkan kakinya di Kalbar, H. Holil mencoba menjadi pemulung lantaran tidak ada kerjaan lain sedang kebutuhan hidup keluarga harus di penuhi. Barang-barang bekas hasil memulung di kumpulkan dirumahnya, setelah banyak barang bekas seperti seng, plastik, besi tua, aluminium, botol-botol tersebut dijual ke Hamin, seorang agen pengumpul barang bekas di Siantan.
Rofi mengakui hasil penjualan barang bekas yang dikumpulkan ayahnya lumayan besar cukup untuk hidup keluarganya. Selain dijual barang bekas berupa pelak sepada dan besi lainnya oleh ayahnya dibuat menjadi gerobak. “Ayah sangat ulet sehingga pelak-pelak sepada dikumpulkan dan di jadikan sebuah gerobak untuk mencari barang bekas,” katanya.
Dari satu gerobak inilah H. Holil terus mengembangkan usaha mengumpulkan barang bekasnya. Ia menyuruh anak-anak sekolah di sekitarnya yang ingin bekerja untuk memulung. Ada tiga orang anak SD yang bersedia memulung setelah pulang sekolah. Setelah anak – anak SD itu mendapat barang-barang bekas lalu oleh Holil di timbang. “Lumayan dari hasil timbangan anak-anak SD tersebut memperoleh uang Rp 10.000. Dan tak disangka tahun 1999 rezeki besar datang dari usahanya ini. Holil membeli plastik bekas dari pemulung-pemulung kemudian dikumpulkan hingga bertruk-truk. Plastik tersebut di beli seharga Rp 600/kg dan setahun kemudian dijual laku Rp 1400/kg. Holil berhasil menjual empat truk plastik bekas. “Alhamdulillah dari hasil penjualan plastik ini ayah saya dapat naik haji,” ujarnya bersyukur.
Rofi mengungkapkan usaha ayahnya sebagai pemulung ini mulai sukses sejak kelahiran anak pertama Rofi dengan Haryanto, (Suami Rofi-red) yang bernama Andry. Dari tahun ke tahun usaha ayah Rofi semakin mengalami kemajuan. Berawal dari satu gerobak sekarang Holil telah memiliki 70 gerobak dengan 70 orang anak buahnya sebagai pemulung. Anak-anak buah Holil ini umumnya juga berasal dari Jawa yang merantau di Kalbar. Untuk penginapan anak buahnya, Holil membuat sebuah mess disekitar tempat tinggalnya jalan Prof M. Yamin. Selain memiliki anak buahnya 70 orang sebagai pemulung, Holil juga memiliki 11 orang karyawan yang bertugas membereskan barang-barang bekas yang sudah di dapat dari para pemulung. “Untuk para karyawan, bapak menggaji mereka Rp 40.000 sehari dan ditanggung makan 2 kali sehari. Sedangkan untuk para pemulung bayarannya sesuai dengan seberapa yang di dapat pemulung tersebut. barang-barang bekas ini kalau sudah mencapai satu sampai dua container langsung dijual ke Jakarta,” katanya.
Saat ini dari hasil usahanya Holil dapat mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 15 sampai Rp 20 juta perbulan. Alhasil dari hasil jerih payahnya sekarang Holil telah memiliki 2 truk pengangkut barang bekas, 1 mobil pribadi, rumah, tanah, 3 motor.
“Usaha mengumpulkan barang bekas lebih praktis dari pada berjualan makanan karena berjualan makanan disamping repot juga makanan mudah basi,” paparnya.

Tidak ada komentar: