Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Meski memiliki berbagai keunggulan terutama pada pembangunan akhlak para santri, tapi pendidikan pesantren masih dianaktirikan oleh pemerintah.
Demikian dikeluhkan Pimpinan Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar, Arif Hasbullah, Jumat (30/11) kemarin.
“Baik pemerintah tingkat provinsi maupun kota sangat jarang memberikan bantuan biaya operasional pondok pesantren,” katanya.
Seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih pada pondok pesantren karena pendidikan di sana para santri benar-benar dibina. Baik akhlak maupun keterampilannya.
Contohnya di pesantren Mathla’ul Anwar ini para santri dikondisikan untuk tetap beribadah dan belajar selama 24 jam sehingga anak-anak pesantren lebih unggul di banding dengan anak-anak dari pendidikan formal.
Keunggulan dari anak-anak pesantren menurut Arif karena para santri selain diajarkan pendidikan umum juga diberikan pendidikan keagamaan dan pembekalan keterampilan. Proses pembelajarannya pun 24 jam dan di kontrol secara ketat.
“Paginya para santri diberikan pendidikan umum sedangkan malamnya diberikan bekal pendidikan keagamaan dan keterampilan,” jelas Arif.
Pada umumnya santri yang datang belajar di pondok pesantrennya berasal dari berbagai daerah dan terutama anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Sehingga biaya yang dikenakan untuk setiap santri bervariasi, tergantung pada kemampuan.
Dia ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa pendidikan tidak hanya untuk orang-orang kaya, tapi orang yang kurang beruntung juga mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan.
Pesantren Mathla’ul Anwar mengutamakan skill. Diantaranya bahasa, baik Bahasa Arab maupu Bahasa Inggris. Tidak lupa juga penanaman akhlak yang baik terus dilakukan agar para santri siap menjadi Da’i yang paham Alqur’an dan bisa membaca zaman.
“Alhasil dengan pembinaan akhlak para santri kita tidak pernah mendengar ada tawuran antar santri yang terjadi adalah tawuran antar pelajar,” ungkapnya.
Keluhan lainnya datang dari Abdullah, Sekertaris Pondok Pesantren Darul Ulum.
Menurut Abdullah pemerintah sangat kurang memberikan stimulus kepada kegiatan pondok pesantren. Seharusnya mendorong pesantren untuk berkreasi dalam membangun pendidikan akhlak, mental dan pengetahuan para santri di pesantren.
“Kita berharapkan bantuan pemerintah baik dana operasional, bimbingan untuk para guru dan santri, bimbingan untuk pengembangan pesantren dan pengembangan skill para santri,” ujarnya.
Untuk pesantren yang diasuhnya beberapa tahun terakhir lulus 100 persen dalam UAN.
Meski biaya yang dikenakan relatif sangat murah hanya Rp 230.000 sebulan termasuk uang makan tapi pesantren, Darul Ulum tetap berupaya memberikan pendidikan secara maksimal dengan memberikan beberapa keterampilan seperti dibidang home industri, pertukangan, peternakan, pertanian.
Di ini ditanamkan bagaimana menyikapi kehidupan dengan mengembangkan kemandirian dibidang kewirausahaan. “Kita tidak pernah berharap lulusan dari pesantren ini untuk menjadi pegawai negeri tapi lulusan di dorong untuk berwirausaha,” jelasnya.
M. Qalim, santri kelas 9 MTS pondok pesantren Mathla’ul Anwar mengungkapkan dirinya masuk pesantren karena di pesantren selain diberikan pendidikan umum juga di berikan pendidikan keagamaan.
“ Dengan pendidikan 2 hal ini saya yakin akan selamat hidup di dunia dan di akhirat,” ujarnya.
Minggu, 16 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar