Oleh : Tantra Nur Andi
Di masa pilkada Kalbar saat ini banyak orang membicarakan soal pemimpin. Karena memang tujuan dari pilkada adalah untuk mencari seorang pemimpin yang diharapkan dapat membawa perubahan pada Kalbar. Berbagai persoalan yang tidak terselesaikan oleh pemerintah masa lalu telah menjadi PR bagi pemerintahan yang akan datang dengan gubernur yang dipilih langsung oleh rakyat Kalbar. Setiap orang selalu akan bertanya-tanya seperti apakah sosok yang mesti hadir ditengah-tengah masyarakat Kalbar untuk memimpin daerah ini. Banyak pendapat bermunculan tentang sosok yang ideal untuk menjadi pemimpin. Yang jelas semua orang menghendaki pemimpin Kalbar nantinya adalah sosok yang dapat membawa Kalbar pada perubahan ke arah yang lebih baik.
Untuk mencari siapakah sesungguhnya yang pantas menjadi pemimpin Kalbar nantinya penulis berpendapat lebih baik kita mesti mendefinisikan terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat dari definisi pemimpin. Disini penulis berpendapat pemimpin adalah proses bukan posisi. Kepemimpinan adalah sebuah proses pembelajaran dan praktek, dia bukanlah sebuah posisi ataupun jabatan yang diberikan. Jabatan bisa kita dapatkan karena uang, hubungan kekeluargaan, ataupun kolusi (KKN). Tidak demikian dengan sebuah kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah sebuah proses yang akan membentuk seorang pemimpin dengan karakter dan watak jujur terhadap diri sendiri (integrity), bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication). Juga sebuah proses yang akan membentuk seorang pengikut (follower) yang didalam kepatuhannya kepada pemimpin, tetapi memiliki pemikiran kritis, inovatif, dan jiwa independen.
Dari Ibn Umar r.a., Rasulullah s.a.w bersabda, “Tiap seorang daripada kamu adalah penjaga (pemimpin) dan kamu bertanggungjawab terhadap penjagaan kamu (orang yang dipimpin). Imam adalah penjaga (pemimpin) dan bertanggungjawab kepada pimpinannya, lelaki itu penjaga (pemimpin) dan bertanggungjawab kepada pimpinannya, orang perempuan adalah penjaga (pemimpin) dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab kepada pimpinannya, hamba adalah penjaga harta tuannya dan bertanggungjawab kepada pimpinannya, dan setiap kamu adalah penjaga (pemimpin) dan bertanggungjawab kepada pimpinan kamu”. (Riwayat Muslim).
Dalam hadis ini, perkataan yang diterjemahkan sebagai pemimpin ialah ‘ra’in’ bermakna ‘penjaga’. Ditafsirkan sebagai pemimpin kerana hadis itu juga menggunakan perkataan ‘mas-ul’ yang membawa makna sebagai ‘bertanggungjawab’ . Jika diamati lebih mendalam, betapa Rasululah s.a.w cuba untuk memberikan makna kepimpinan agar dapat difahami sebaik-baiknya oleh seluruh umat manusia. Dimulakan kata-kata itu dengan ditujukan kepada kita semua dan diakhiri kata-kata itu dengan ditujukan kepada kita semua juga. Diberikan contoh bermula dari seorang imam sehinggalah kepada seorang hamba; contoh yang bermula dari semulia-mulia darjat sehinggalah serendah-rendah darjat di sisi manusia. Jika dilihat kembali firman Allah s.w.t dan hadis Rasulullah s.a.w di atas, bukankah kita dapat simpulkan bahawa setiap manusia itu adalah pemimpin. Sekaligus menyanggah pendapat yang mengatakan “leaders are not born” (pemimpin tidak dilahirkan). Berteriaknya seorang bayi yang baru keluar dari rahim seorang ibu itu adalah teriakan seorang pemimpin yang baru dilahirkan ke dunia. Sesungguhnya Allah mencipta dan melahirkan manusia itu sebagai khalifah di muka bumi, tidak kiralah sama ada anak itu dididik oleh ibu bapanya untuk menjadi pemimpin atau tidak. Apa kata jika kita ajar mereka dengan definisi baru yang dirumuskan seperti berikut; “Pemimpin adalah orang yang mempunyai tanggungjawab, menjaga dan melaksanakan tanggungjawab dan bertanggungjawab di atas tanggungjawab- tanggungjawabnya .” Inilah konsep kepimpinan yang paling asas yang tidak diajarkan dalam mana-mana institusi atau latihan berkaitan kepimpinan. Kita lebih percaya dan menumpukan kepada definisi kepimpinan yang diciptakan oleh pemikir-pemikir barat tanpa ada sedikit pun rasa untuk mengkaji semula akan ketepatannya. Tidak keterlaluan jika dikatakan, inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa kita masih gagal membentuk keperibadian terpuji anak-anak warisan kita. Inilah yang menjadi sebab mengapa pemimpin-pemimpin hari ini baik dalam sektor awam, swasta mahupun politik gagal dalam menjalankan tugas-tugas mereka sebagai pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Prinsip-prinsip dalam memilih seorang pemimpin adalah bagaimana seseorang melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, melawan kesewenang-wenangan, menolak kedurhakaan, terutama jika kedurhakaan itu sudah menjurus kepada kufur secara jelas berdasarkan bukti atau dalil yang pasti. Setelah kita dengan jelas dapat mendefinisikan apa itu pemimpin maka perlu juga kita melihat apakah sosok pemimpin yang akan kita pilih memiliki jiwa kepahlawanan. Sifat kepahlawanan mesti di miliki oleh seorang pemimpin. Disini penulis mendefinisikan pahlawan adalah orang yang dengan rela mengorbankan kepentingan pribadinya baik itu harta bendanya, keluarganya maupun dirinya sendiri untuk kepentingan sebuah perjuangan menuju perubahan kea rah yang lebih baik.
Banyak contoh yang dapat kita teladani pemimpin-pemimpin yang memiliki jiwa kepahlawanan seperti Bung tomo, Jenderal Sudirman, dan masih banyak lagi. Para pahlawan kemerdekaan mereka adalah para pemimpin yang telah mengorbankan segalanya untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kemerdekaan. Para pahlawan seperti bung Tomo dan Jenderal Sudirman mereka adalah contoh sejatinya pemimpin. Sebagain pemimpin mereka tidak pernah memikirkan berapa dan imbalan apa yang akan mereka dapatkan dari kepemimpinan mereka. Yang terlintas oleh mereka hanyalah perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Kalbar saat ini sangat membutuhkan sosok pemimpin-pemimpin sejati yang siap mengorbankan segalanya untuk membangun daerah Kalbar. Dengan hadirnya pemimpin yang berjiwa pahlawan maka penulis berkeyakinan masyarakat Kalbar akan keluar dari persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Melihat para calon pemimpin Kalbar saat ini, penulis berharap masyarakat Kalbar dapat menilai manakah diantara mereka yang memang betul-betul memiliki komitmen untuk memajukan Kalbar dan mensejahterakan rakyatnya. Mungkin hanya akan menjadi sebuah lolucon jika seandainya masyarakat Kalbar menuntut kepada semua calon, Siapakah yang paling berani dan siap menyerahkan seluruh harta bendanya kepada daerah sebagai syarat untuk menjadi pemimpin Kalbar. seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Sidiq ketika ia menjadi Kalifah yang menyerahkan seluruh hartanya untuk negara.
Penulis adalah Mahasiswa FKIP Untan dan Ketua Umum Lembaga Pers Mahasiswa Lentera FKIP Untan
Minggu, 16 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar