Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Hari ini Aksi Penanaman Pohon dan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (GPTPP) dilakukan di Untan tepatnya di kawasan stadion Untan. Aksi ini menurut Ir.H.M.Iqbal Arsyad,MT, Pembantu Rektor IV Untan sebagai bentuk kepedulian Untan pada masalah global warning. Untan melalui Darma Wanita Persatuan Untan dan Darma Wanita Unit Sub Fakultas bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kalbar melakukan penanaman 2000 pohon.
“Ini adalah komitmen Untan untuk penghijauan agar masalah global warning dapat dikurangi. Untan harus hijau karena suasana yang hijau dapat mendukung suasana pendidikan,“ jelasnya.
Selama ini Untan sebenarnya selalu menjaga hutan yang dimiliki Untan, Contohnya Untan memiliki Arboretum yang cukup luas. “Untuk di Pontianak Untan dapat di katakana sebagai pemberi oksigen,” katanya.
Kedepanya, lanjut Iqbal Untan di minta menjadi hutan kota oleh pemerintah kota Pontianak dengan menggalakan penanaman 11.000 pohon.
Mengenai persoalan perluasan lahan sawit yang sering merambah kawasan hutan konservasi, Iqbal berpendapat bila ada perluasan lahan sawit berada dikawasan hutan primer hal tersebut melanggar peraturan dari Departemen Kehutanan. Perluasan perkebunan sawit hanya dapat dilakukan di kawasan pertanian lahan kering (PLK). “Perkebunan sawit tidak boleh sampai merambah kawasan yang di fungsikan sebagai hutan konservasi,“ katanya.
Peraturan pemerintah dari Dinas Kehutanan sebenarnya sudah baik. Karena telah di petakan mana kawasan yang boleh untuk perkebunan sawit dan mana kawasan untuk hutan lindung.
“Kawasan hutan lindung inilah yang harus di jaga kelestariannya sebagai fungsi hutan agar keseimbangan alam tetap terjaga,“ungkapnya.
Yang menjadi persoalan saat ini banyak kawasan hutan tidak berhutan lagi akibat dari adanya illegal logging. Dan menjadi tugas pemerintah untuk menghijaukan kembali hutan tersebut.
Dr. Ir. Abdurrani Muin, Dekan fakultas Kehutanan Untan berpendapat semakin sempitnya lahan untuk sawit ini lah yang menjadi penyebab seringnya kawasan hutan juga di gunakan untuk perkebunan sawit.
Sawit menurut Abdurrani merupakan salah satu penyebab global warning karena sawit termasuk tanaman monukultur yang banyak mengandung karbon dioksida.
Cara terbaik adalah adanya keseimbangan antara penggunaan lahan untuk sawit dan lahan untuk hutan. “Jika ini tidak dilakukan maka kerusakan lingkungan alam di Kalbar akan semakin parah. Apa lagi kasus illegal logging tidak seratus persen di berantas maka kerusakan akan semakin besar,“ jelasnya.
Global warning menurut Slamet Rifanjani, S.Hut,MP, Dosen fakultas Kehutanan Untan di sebabkan oleh adanya polusi terutama asap dan besarnya zat Karbon dioksida serta gas metan yang berada di udara. Dampaknya suhu akan semakin panas. Dan hutan sebagai penyerap karbon semakin rusak. “Selama hutan dirawat dengan baik maka global warning dapat dikurangi,“ katanya. Untuk mencegah global warning yang terpenting di lakukan adalah pengolahan hutan harus di lakukan dengan baik dengan mematuhi Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) bukan dengan membuat peraturan moratorium yaitu pelarangan penebangan hutan di Kalbar. “Kalau hutan di larang di produksi dari mana Kalbar akan mendapatkan devisa. Karena hutan selain memiliki fungsi konservasi juga memiliki fungsi ekonomi“ujarnya.
Minggu, 16 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar