Minggu, 16 Desember 2007

Belum Ada Program Konkret dari Calon Gubernur

Borneo Tribune, Pontianak
Jawaban-jawaban dari berbagai pertanyaan para penelis yang diberikan oleh para kandidat dalam debat publik calon gubernur Kalbar yang berlangsung (11/11) kemarin malam di Hotel Santika ternyata dianggap kurang memuaskan para panelis. Salah satunya di ungkapkan oleh Dr. Fariastuti yang mengatakan para calon ternyata belum mengetahui kondisi lapangan daerah Kalbar. Hal ini sangatlah disayangkan. Untuk mendefinisikan kemiskinan di Kalbar saja belum dapat terjawab secara konkret.
“Bagaimana mau mengentaskan persoalan kemiskinan di Kalbar, kalau untuk mendefinisikan dan mengelompokkan masyarakat yag miskin masih sulit,” sesal Fariastuti. Selain masih belum dapat memahami persoalan yang terjadi di lapangan, Faristuti, dosen fakultas Ekonomi ini juga menilai jawaban-jawaban dari para calon masih bersifat normatif dan tidak konkret. Ini menggambarkan para calon sepertinya belum memiliki strategi dan langkah-langkah konkret untuk mengatasi berbagai persoalan di Kalbar terutama kemiskinan dan pengangguran. “Mestinya para calon telah memiliki rencana ke depan kira-kira kita harus melakukan langkah-langkah apa terlebih dahulu untuk mengatasi persoalan di Kalbar,” jelasnya.
Untuk mengatasi persoalan rendahnya kesejahteraan masyarakat Kalbar, Fariastuti berpendapat mesti dimulai dengan melakukan langkah-langkah yang bersifat mikro terlebih dahulu. Contohnya kemiskinan, maka perlu mendefinisikan dahulu apa itu kemiskinan, baru mencari akar persoalan karena apa kemiskinan terjadi, apakah terjadi karena budaya atau karena struktur pemerintahan yang terbentuk.
“Kalau faktor budaya maka pemerintah mesti memberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan untuk peningkatan SDM masyarakat agar mereka dapat meningkatkan pendapatan. Selain itu akses ekonomi di pedesaan mesti dibangun. Sedangkan jika yang terjadi adalah faktor kemiskinan karena struktural atau sistem yang membentuk. Nah ini persoalannya berarti adanya pemiskinan yang terjadi. Kalau ini terjadi pemerintah mesti harus segera memperbaiki sistem birokrasi,” ujar Fariastuti.
Mengenai pemberdayaan aparatur daerah, dosen ekonomi ini menyarankan harus ada sinergisitas antar aparatur pemerintahan dari tingkat provinsi sampai tingkat kepala desa. Ini harus dilakukan karena yang mengerti benar persoalan kemiskinan di masyarakat adalah aparat desa.
Rasa kecewa dengan jawaban-jawaban yang disampaikan oleh para calon juga dirasakan oleh Prof Dr. Redatin Parwadi, Guru Besar Fisip Untan. Redatin menilai program yang disampaikan dalam debat publik tersebut masih bersifat abstrak dan tidak operasional.
Ketidakjelasan program dan apa strategi programnya sangat tampak dari jawaban para calon tersebut. Contohnya mengatasi masalah korupsi. Memang masing-masing calon telah memaparkan dalam misinya tentang pemberantasan korupsi. Tapi tidak dijabarkan langkah-langkah yang riil secara gamblang bagaimana mengatasi persoalan korupsi. Begitu juga dengan masalah lainnya seperti pendidikan, kerusakan lingkungan hdup dan pengelolaan SDA. Hampir semua calon tidak menjelaskan strategi program secara detil.
Untuk mengatasi persoalan korupsi, lanjut Redatin ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama secara reprensif atau pemberantasan. Kedua, dengan cara preventif atau pencegahan. Secara reprensif pemerintah mesti dengan tegas melakukan penegakan hukum terhadap para koruptor. Jangan penegakan hukum tajam kepada rakyat tapi tumpul kepada penguasa. Sedangkan secara preventif atau pencegahan dapat dilakukan dengan melatih sejak dini para anak-anak agar dapat bersikap jujur dalam hidupnya. “Langkah yang terbaik untuk pemberantasan korupsi adalah contoh dari pemimpin. Jika pemimpinnya punya komitmen yang kuat terhadap pemberantasan korupsi maka staf-stafnya pasti akan mengikuti. Karena biasanya apa yang dilakukan pemimpin pasti diikuti anak buahnya. Contoh dalam masalah proyek. Kalau pemimpinnya tidak menjalankan sistem untuk mendapatkan proyek, pengusaha tidak menyetor upeti maka anak buahnya juga tidak ada yang berani menjalankan sistem yang korup,” tegasnya.

Tidak ada komentar: