Remaja Harus Pahami Bahaya Infeksi Menular Seksual
Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Sekitar 10-15 persen remaja Pontianak beresiko tinggi terbawa ke dalam pergaulan seks bebas. Kondisi ini terjadi karena akses informasi tentang hubungan seks begitu mudah didapat para remaja. Informasi-informasi seks yang tidak benar, misalnya hubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan, informasi salah mengenai penggunaan narkoba, sering kali membuat remaja akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan seks bebas.
Padahal remaja harus mewaspadai Infeksi Menular Seksual (IMS). Yaitu, infeksi yang sebagian besar ditularkan dari satu orang ke orang lain, melalui hubungan seksual yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
“Beberapa IMS juga ditularkan melalui darah seperti HIV, Hepatitis B, Sipilis. IMS ini juga sering disebut penyakit kelamin atau dikenal dengan penyakit menular seksual (PMS),“ kata Ketua Program Central Remaja Khatulistiwa Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalbar, Iskandar.
Dijelaskannya, gejala dari IMS ini tidak hanya terjadi pada alat kelamin, tapi bisa saja terjadi pada tenggorokan, mata atau pada bagian lain tubuh lainnya. Orang yang sudah tertular IMS, memiliki resiko yang lebih besar untuk tertular HIV, karena luka yang yang terbuka merupakan pintu masuknya HIV dan HIV juga termasuk salah satu IMS.
IMS dapat mempengaruhi kesehatan alat kelamin, baik bagian dalam maupun bagian luar. Pada perempuan, infeksi awal pada liang vagina hingga mulut rahim. Pada laki-laki yang pertama pada bagian saluran kencing.
IMS tidak selalu menunjukkan gejala, terutama pada fase awal atau pada wanita. Namun ada juga IMS yang menunjukkan gelajanya. Seperti, keluar cairan dari penis, vagina atau dubur yang berbeda dari biasanya.
Pada perempuan, keputihan yang semakin banyak dan tidak normal, berwarna putih susu, kekuningan, kehijauan atau disertai bercak darah. Gatal-gatal di daerah kelamin, perih, nyeri atau panas saat kencing dan setelah kencing, atau menjadi sering kencing. Luka di daerah sekitar kelamin. Bisa nyeri atau tidak. Nyeri perut di bagian bawah yang sering dan tidak ada kaitannya dengan haid. Atau, keluar darah setelah berhubungan seks.
“Kalau IMS tidak diobati secara tuntas, akibatnya buruk bagi yang tertular,“ kata Iskandar.
Akibat itu bisa berupa kemandulan bagi laki-laki maupun perempuan. Infeksi menyeluruh organ reproduksi. Kanker leher rahim. Cacat pada bayi yang dikandung atau mengakibatkan keguguran. Lebih rentan terhadap penularan HIV dan Hepatitis.
Ketika mengalami hal seperti itu, orang harus segera ke dokter atau pelayanan kesehatan. Jika telah mengalami gejala-gejala IMS, jangan mengobati IMS dengan minum antibiotik sembarangan. Pengobatan yang tidak tepat dapat mengakibatkan resistensi/kebalnya kuman penyebab IMS terhadap dosis pengobatan.
Ia berkata, orang harus mematuhi terapi pengobatan yang diberikan, termasuk lama pengobatan, dosis obat yang dianjurkan serta kunjungan ulang ke dokter.
“Jangan melakukan hubungan seksual tanpa kondom selama dalam pengobatan IMS,“ kata Iskandar.
Menurut Psikolog Central Remaja Khatulistiwa PKBI Kalbar, Armijn Ch.S. Besman, remaja harus ekstra hati-hati terhadap penularan HIV dan mengerti tentang AIDS. Karena ada jutaan orang di dunia hidup dengan HIV. Semua orang bisa saja terkena AIDS. Di Indonesia, jumlah orang yang hidup dengan HIV terus bertambah.
HIV dapat menular pada siapa saja dan yang paling beresiko tinggi adalah orang yang berperilaku seks. Perilaku resiko tinggi merupakan perbuatan yang meningkatkan kemungkinan untuk tertular HIV. “Penularan HIV tidak memandang status sosial, kasta, pangkat, derajat, ras, suku, agama, usia dan profesi,“ katanya.
Penularan HIV dapat melalui tranfusi darah yang sudah tercemar HIV, penggunaan jarum suntik, alat tato, alat tindik, alat cukur, alat akufuntur yang dipakai bergantian dan sudah tercemar HIV serta tanpa disterilkan. HIV juga dapat menular melalui hubungan seksual, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dan cairan vagina dengan orang yang hidup dengan HIV positif. Selain itu, HIV dapat menular lewat persalinan dan air susu ibu. Pemberian ASI dari ibu yang HIV positif memungkinkan bayi tertular HIV.
Armijn berkata, cara mencegah penularan HIV adalah tidak melakukan hubungan seks bebas. Bersikap saling setia dengan seorang pasangan yang juga hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. Selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks dengan siapa saja, tidak menggunakan narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bergantian dengan orang lain.
“Selalu menjaga perlengkapan pribadi seperti sikat gigi, gunting kuku, pisau cukur atau lainnya dan mencari informasi mengenai HIV dengan benar,“ ungkapnya.
Lebih lanjut Armijn mengatakan, hal yang dapat dilakukan untuk menghidari HIV/AIDS adalah, bersikap menghindari penularan HIV kepada diri sendiri. Mempelajari fakta yang benar, karena banyak mitos yang beredar, serta pemikiran keliru tentang HIV dan AIDS. „Selain itu, tingkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang HIV dan AIDS,“ kata Iskandar.□
Senin, 21 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar