Rabu, 02 Januari 2008

Mengajar Les Privat Upaya Mempersiapkan Diri Menjadi Guru

Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak

Menjadi guru tidaklah mudah. Apalagi dengan adanya UU Sisdiknas yang mengatur bahwa seorang guru harus memiliki empat jenis kompetensi tenaga pengajar
Demikian diungkapkan mahasiswa Program Studi Matematika FKIP Untan semester 7, Anita, kemarin. Sejak sejak semester 4 ia telah mengajar les privat siswa SMP dan SMA. Ini adalah caranya mempersiapkan diri menjadi seorang guru. Bagi Anita dengan mengajar les privat ia dapat banyak belajar bagaimana cara mengajar dan membimbing siswa untuk belajar.
Empat kompetensi dimaksud yakni mempunyai pengetahuan belajar dan tingkah laku manusia, menguasai bidang ilmu yang dibinanya, memiliki sikap yang tepat tentang dirinya sendiri dan teman sejawat serta bidang ilmunya dan memiliki keterampilan mengajar.
Kompetensi inilah yang menjadi motivasi beberapa mahasiswa yang ingin menjadi guru akhirnya berupaya mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang guru dengan mengajar les.
“Selain ada input keuangan juga bisa jadi pengalaman untuk bisa mengajar dengan baik kelak paling tidak untuk adik-adik kita atau bahkan anak-anak kita agar kita tidak lupa dengan pelajaran dan untuk belajar bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran agar dapat diserap oleh siswa,” ujarnya.
Dikatakan menjadi guru bukan lagi pilihan hidup. Harus diakui, bahwa faktor psikologis dan kecintaan seorang guru terhadap bidang pekerjaannya sebagai guru akan memberi pengaruh besar pada kualitas proses belajar mengajar dan pembinaan siswa di sekolah. Kecintaan pada pekerjaan sebagai guru ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang memilih jadi guru. Untuk menumbuhkan kecintaan pada pekerjaan sebagai guru harus dilatih dan dimulai sejak mahasiswa.
Hal senada juga diungkapkan Rara Lestari, Mahasiswa Jurusan Matematika STKIP angkatan 2005. Mengajar les sejak masih menjadi mahasiswa melatih dirinya agar terbiasa dalam menyampaikan ide-ide pemikiran kita. Bagi mahasiswa yang tidak terlalu sibuk dengan kegiatan kampus bisa memanfaatkan banyak waktu luang di sela-sela kuliah dengan mencari pekerjaan sambilan.
Ini sangat banyak manfaatnya buat mahasiswa baik itu pada saat masih kuliah atau pun ketika sudah lulus karena selain tentunya ada insentif yang didapat juga sekaligus ajang mencari pengalaman kerja, menambah wawasan dan keberanian juga bisa menambah relasi.
Bagi Rara guru atau dosen adalah sebuah profesi akademis, bukan bakat alami. Artinya tidak semua orang bisa menjadi guru atau dosen. Sebagai contoh, seorang ahli mesin tidak serta-merta bisa jadi dosen teknik mesin kalau dia tidak memiliki ilmu mengajar. Demikian juga seorang sarjana ekonomi tidak serta-merta bisa menjadi guru ekonomi. Memang dia ahli dalam mesin dan ekonomi, tetapi dia tidak memiliki keahlian dalam ilmu mengajar. Ketimpangan ini akan berpengaruh pada kualitas pengajaran yang ia berikan dan tentunya juga berpengaruh pada siswa.
“Itu sebabnya, mestinya untuk menjadi guru atau dosen seseorang harus memiliki lisensi sebagai guru atau dosen. Lisensi ini hanya dimiliki orang-orang yang sudah menempuh pendidikan keguruan. Dia adalah seorang pedagogik (pengajar/pendidik), minimal harus menguasai ilmu didaktik, metode mengajar dan psikologi serta melatih kemampuan mengajarnya dengan mengajar les,” katanya.
Seseorang guru mempunyai tiga tugas yang harus benar-benar dilaksanakan dengan profesional yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab, guru dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Untan Angkatan 2004, Lisa Arnis, menceritakan bagimana pengalamannya mengajar les. Mula-mula les privat bahasa Inggris untuk siswa SMP usai waktu kuliah atau di hari libur. Murid pertamanya seorang anak perempuan yang agak tertekan karena ibunya galak. Akibatnya dia jadi cenderung menarik diri dan selalu merasa ketakutan.
“Saya yang tidak punya pengalaman apa pun tapi harus membantu dia belajar. Kesabaran luar biasa dibutuhkan menghadapinya. Pelan-pelan saya bimbing dan evaluasi. Saya belajar dari pengalaman setiap hari mengajar anak itu. Tidak mudah, karena pada dasarnya saya juga bukan orang yang penyabar. Namun, usaha kami berdua untuk saling mengerti ternyata tidak sia-sia,“ ungkapnya.
Kesimpulan Lisa saat itu mengajar itu ternyata melelahkan. Namun, karena cita-citanya ingin menjadi guru, ia pun berusaha untuk terus menjalaninya. Karena apa pun alasannya, selama pekerjaan itu ditekuni dengan baik, mahasiswa bisa mendapat pelajaran dari pekerjaannya. Pengalaman seperti ini penting bagi mahasiswa, karena tidak semua pengetahuan diajarkan di bangku kuliah, sehingga mahasiswa perlu mencarinya sendiri dari dunia luar, di antaranya dengan bekerja.”Lulus cepat bukan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan ketika mahasiswa belum punya cukup kompetensi. Kecuali bila pekerjaan sudah dijamin oleh orang tua. Idealnya, lulus tidak telat pengalaman juga dapat. Oleh karena itu, mumpung masih kuliah, cari pengalaman sebanyak-banyaknya. Jangan menutup diri dari pergaulan, bangun jaringan dengan teman-teman di kampus. Siapa tahu dari mereka terbuka akses pekerjaan,” ujarnya.
Lisa menambahkan banyak lahan untuk menempa diri selain bekerja. Di antaranya melibatkan diri dalam kegiatan kemahasiswaan. Mahasiswa dapat bergabung dengan organisasi kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra kampus, yang sesuai dengan minat dan keahliannya. Syukur-syukur dari sini bisa menunjang pekerjaannya kelak.
Tapi perlu diwaspadai, pekerjaan bisa membuat mahasiswa lalai akan tugas utamanya, yakni belajar. Karena merasa sudah bisa mencari duit sendiri, kemudian ia menyepelekan kuliah. Kuliah dikerjakan sambil lalu karena dianggap tak terlalu penting. Asal bisa lulus dan dapat ijazah, sudah cukup.Cara pandang seperti itu sebaiknya harus segera ditinggalkan. Bekerja penting untuk menyambung biaya kuliah bagi yang masih kekurangan. Bekerja juga penting untuk menambah pengalaman dan mematangkan diri sebelum masuk ke persaingan dunia kerja yang sebenarnya. Tapi ingat, kuliah tetap yang utama. Di sini mahasiswa harus pintar-pintar bagi waktu agar bisa bekerja tapi tidak mengganggu kuliah.

Tidak ada komentar: