9000 Murid SD di Kalbar Putus Sekolah Setiap Tahun
Ngatman: Pendidikan Gratis Belum Memungkinkan
Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Sedikitnya 9000 bocah Sekolah Dasar (SD) di Kalimantan Barat putus sekolah setiap tahunnya. Dengan demikian ada 1,5 persen generasi usia sekolah tingkat SD yang tak bias melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kalbar, Drs. Ngatman, Rabu (2/1).
“Faktor ekonomi keluarga menjadi penyebab utama siswa di Kalbar mengalami putus sekolah selain faktor kondisi geografis yaitu jauhnya lokasi sekolah membuat anak-anak Kalbar putus sekolah,” ujarnya.
Ngatman mengatakan selain 9000 anak usia SD yang putus sekolah setiap tahunnya, ada 2 persen siswa tingkat SMP yang putus sekolah dari 400.000 siswa atau sekitar 8000 siswa SMP yang putus sekolah. Untuk tingkat SMA jumlahnya mencapai 3000 siswa yang putus sekolah atau sekitar 1,5 persen dari 200.000 siswa.
Untuk mengatasi hal ini, Dinas Pendidikan tahun 2008 menargetkan pemerataan kesempatan belajar dengan cara penyuluhan ke daerah-daerah terpencil agar masyarakat sadar arti pentingnya sekolah bagi anak-anaknya.
Dinas Pendidikan juga menyediakan dana BOS untuk siswa SD dan SMP yang kurang mampu agar sekolahnya digratiskan. Untuk siswa yang terlanjur putus sekolah dianjurkan sekolah lagi dan disediakan dana retrival yaitu bantuan dana untuk kembali sekolah.
“Bagi siswa tingkat SMA ada dana bantuan khusus murid yang akan diberikan kepada siswa yang kurang mampu untuk biaya sekolah seperti bayar SPP dan membeli alat tulis serta seragam,” katanya.
Dikatakannya Dinas Pendidikan juga menyelenggarakan program kesetaraan di daerah-daerah seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) untuk pengambilan paket A, B dan C. dan program ini diberikan secara gratis dengan batasan umur maksimal 25 tahun.
Untuk mengatasi persoalan kondisi sekolahan yang jauh, Dinas Pendidikan berupaya menambah bangunan-bangunan SD baru atau menambah ruang kelas baru untuk SD didaerah terpencil.
“Kita berharap dengan langkah ini angka putus sekolah di Kalbar tahun 2008 dapat ditekan,” ungkapnya.
Ngatman mengatakan masih minimnya anggaran Dinas Pendidikan sering kali menghambat pelaksanaan program-program yang dicanangkan. Memang idealnya anggaran pendidikan itu 20 persen tapi masih banyak persoalan daerah yang juga membutuhkan dana APBD yang besar terutama pembangunan infrastruktur.
Ngatman ingin pendidikan masyarakat digratiskan. Tapi hal ini sangat sulit karena cost yang dihabiskan seorang siswa SD dalam satu tahun tak kurang dari Rp 1 juta. Sementara Kalbar memiliki 600.000 siswa SD. Artinya dibutuhkan dana Rp 600 miliar. Belum lagi siswa SMP yang jumlahnya 300.000 dan memerlukan anggaran Rp 300 miliar. Jika dikakulasikan untuk menggratiskan pendidikan di Kalbar perlu dana Rp 900 miliar. Sedangkan APBD Kalbar saat ini hanya Rp 1,2 triliun. Dari junmlah tersebut posting anggaran untuk pendidikan hanya Rp 58 miliar.
“Untuk menggratiskan pendidikan di Kalbar itu belum memungkinkan. Yang bisa adalah subsidi silang untuk siswa-siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu,” paparnya.
Misalnya Mulyadi (13), murid SD 21 Teluk Melanao yang karena orang tuannya tak mampu, terpaksa putus sekolah sejak tahun ajaran 2006/2007 lalu. Muladi tinggal di Desa Penjalaan, Teluk Melano Kabupaten Kayong Utara. Ayahnya, almarhum Sutianto dan ibunya Elis (34) yang kini hidup menjanda adalah seorang petani di desa tersebut.
Mulyadi sebenarnya masih berkeinginan melanjutkan sekolah, tapi apa daya ibunya tidak mampu membiayai kebutuhan sekolahnya. Awalnya Elis mencoba mendaftarkan Mulyadi ke SMP di Teluk Melanao. Tapi ketika Elis melihat jumlah biaya uang masuk sekolah Rp 250.000 yang kata pihak sekolah akan digunakan untuk membeli pakaian seragam, Elis langsung mengurungkan niatnya menyekolahkan anaknya.
“Biayanya terlalu besar dan saya benar-benar tidak ada uang,” ungkapnya.
Kini mulyadi terpaksa harus putus sekolah dan untuk mengisi kekosongan waktunya, mulyadi pun ikut ibunya berlandang di ladangnya. Ia pun harus menghabiskan usia mudanya untuk bekerja bersama ibu menyambung hidup sehari-hari. Dan entah sampaikan ia harus terus bekerja dan harus puas dengan tingkat pendidikan SD yang ia dapatkan. “Saya tidak tahu apakah tahun depan saya punya biaya untuk melanjutkan sekolah,” katanya.
Mulyadi adalah seorang dari 9000 bocah yang putus sekolah di Kalbar setiap tahunnya.
Jumat, 04 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar