Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Gerakan yang dilakukan mahasiswa dalam mengawal demokrasi dan melakukan perubahan di Kalbar lemah dari sikap dan perilaku serta arah gerakan yang cenderung mempertahankan cara yang kurang baik. Demikian diungkapkan Dr. Ferry Hadary, Dosen Teknik Untan dalam acara Refleksi Akhir Tahun Gerakan Mahasiswa di Kalbar, Jumat (28/12) di sekretariat Kelompok Diskusi Alternatif (KDA).
Menurutnya ada beberapa budaya yang harus segera ditinggalkan oleh orang Indonesia terutama pemuda dan mahasiswa jika ingin menjadi bangsa yang maju. Pertama budaya jam karet yang telah menjadi kebiasaan. Adanya budaya jam karet ini menyebabkan bangsa ini lambat dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi. Budaya jam karet atau budaya terlalu santai inilah yang akan menumbuhkan sikap ketidakseriusan dalam diri seseorang.
Kedua mahasiswa terlalu banyak rapat dan suka membentuk bermacam-macam organisasi atau panitia-panitia. Ini menunjukkan mahasiswa terlalu banyak membuat suatu perencanaan tapi tidak ada tindakan konkret. Banyaknya organisasi-organisasi yang dibentuk oleh mahasiswa justru menjadi penyebab terpecahnya arah gerakan yang akan dibangun oleh mahasiswa. “Kondisi ini juga menunjukkan antarmahasiswa sendiri sering terjadi konflik kepentingan. Bagaimana mahasiswa akan membangun gerakan advokasi untuk rakyat kalau di tubuh gerakan mahasiswa sendiri sudah terbangun kepentingan-kepentingan tertentu yang melandasi gerakannya,” katanya.
Budaya kurang baik lainnya yang harus ditinggalkan adalah budaya suka menunda-nunda pekerjaan. Sikap inilah yang akan menumbuhkan sifat malas dalam diri seseorang jika terus dibiasakan. Bangsa Indonesia saat ini juga masih suka dininabobokkan oleh kekayaan alam yang dimiliki.
“Yang paling memperihatinkan adalah sikap mahasiswa saat ini terlalu banyak berdiskusi yang hasilnya adalah mahasiswa terlalu banyak mengeluarkan ide dan kritik tapi tidak bisa mengimplikasikan ide-ide tersebut. Belum lagi mahasiswa lebih sering mengkritik dan menjelek-jelekkan orang lain, tapi tidak mencoba mengoreksi diri terlebih dahulu,“ ungkapnya.
Sebagai seorang pemuda, kata Ferry mahasiswa seharusnya memiliki rasa idealisme yang tinggi, berani menanggung resiko untuk keteguhan tujuannya, gesit, kuat, dan yang terpenting harus memiliki fitrah yang masih bersih. Karakter yang harus ditanamkan dalam diri mahasiswa ialah punya prinsip hidup untuk kerja. Artinya mahasiswa tidak boleh bermalas-malasan. Memiliki budaya kerja keras dan kerja cerdas, tahan banting, tak menyerah dengan keadaan, pengabdian yang profesional serta mengejar kesempurnaan.
“Ada tujuh etika moral yang harus ditanamkan dalam diri mahasiswa saat ini yaitu kejujuran, keberanian, kedermawanan, penghargaan, ketulusan, kehormatan, dan kesetiaan. Nilai-nilai moral ini harus ditumbuhsuburkan dalam diri mahasiswa. Dan satu hal yang harus dijaga oleh aktivis mahasiswa yaitu di organisasi gerakan mahasiswa kita bagus, kuliah kita juga memperoleh IPK yang oke,“ ujarnya.
Sedangkan Deman Huri Gustira, mantan aktivis 98 melihat gerakan mahasiswa saat ini lemah dalam rekonstruksi berpikir. Artinya para aktivis mahasiswa saat ini lemah dalam tradisi baca tulis. Akibatnya mahasiswa miskin tentang perkembangkan Kalbar. Contohnya tidak ada gerakan advokasi yang dilakukan mahasiswa untuk menuntut penyelesaian kasus-kasus korupsi, illegal logging dll. Selain itu, saat kebijakan pemerintah daerah tidak pro terhadap kepentingan rakyat, mahasiswa juga terkadang bungkam.
“Sepanjang tahun 2007 tidak ada gerakan mahasiswa yang eksis dalam mengadvokasi isu. Padahal selama tahun 2007 ada 126 kasus korupsi yang ada di Kalbar, belum lagi masalah kerusakan lingkungan serta persoalan kemiskinan,” katanya.
Demanhuri mengharapkan tahun 2008 mahasiswa dapat lebih bisa membangun berbagai aktivitas gerakan dan segera meninggalkan tradisi lama yaitu melakukan gerakan dengan tidak konsisten.
Saat ini ada pergeseran nilai dalam gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa di daerah saat ini juga lebih bersifat politis. Artinya dalam setiap penyikapan isu banyak gerakan mahasiswa selalu melihat isu yang ada di tingkat nasional. Sangat jarang sekali ada gerakan mahasiswa yang menyikapi persoalan daerah. Gerakan yang dilakukan mahasiswa Kalbar juga tidak pernah tuntas. Ini terlihat dari isu yang diusung oleh gerakan mahasiswa selalu berubah-rubah dan tak pernah konsisten dalam penyikapan isu. Dampak dari gerakan ini adalah tidak adanya perubahan yang cukup signifikan dari persoalan yang mereka usung.
Yang perlu dirubah dari gerakan mahasiswa saat ini adalah mental dari gerakannya. Tujuan-tujuan yang bersifat untuk mendapatkan popularitas di media agar dianggap publik figur perduli terhadap isu-isu sosial masyarakat.
“Lebih anehnya lagi gerakan mahasiswa yang katanya menyuarakan aspirasi masyarakat tetapi justru tidak mengikutsertakan masyarakat dalam setiap gerakan. Fenomena ini bisa terjadi karena mahasiswa saat ini gagap untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat. Gerakan mahasiswa tidak lagi bersifat advokatif terhadap masyarakat tetapi lebih bersifat selebritis,“ ungkapnya.
Dikatakannya juga saat ini mahasiswa Kalbar harus merubah pola gerakannya. Tidak hanya melakukan gerakan dengan cara demonstrasi tapi harus kreatif dalam bergerak terutama mahasiswa harus mau turun ke lapangan yaitu turun ke masyarakat sebelum melakukan gerakan agar mahasiswa paham dengan kondisi isu yang akan dibawa.
Jumadi, yang juga mantan aktivis mahasiswa 98 mengatakan mahasiswa harus mulai membangun grand desain dalam melakukan gerakannya. Tujuannya agar gerakan mahasiswa dalam mengadvokasi persoalan yang sedang terjadi dapat tercapai. “Seluruh gerakan mahasiswa di Kalbar juga harus menghilangkan ego kultur dan struktural antarorganisasi gerakan. Kekuatan mahasiswa jangan hanya mampu menjadi kelompok pressure group yang ternyata didorong oleh kepentingan kelompok tertentu. Gerakan mahasiswa saat ini juga harus mampu memberikan satu rumusan konseptual dan solusi atas berbagai problematika transisi. Kegagalan-kegagalan yang terjadi harus kita akui sebagai bentuk kelemahan kita bersama,” ujarnya.
Jumadi juga mengatakan telah terjadi demoralisasi gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa tidak pernah menggunakan gerakan moral sebagai pilihan bentuk aktualisasinya, tetapi yang dilakukannya adalah gerakan politik. □
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar