Mutu Pendidikan SMP di Kalbar Terburuk Seluruh Kalimantan
Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Data terakhir rembuk Nasional Pendidikan 2008 menunjukkan kondisi mutu pendidikan tingkat SMP di Kalbar terburuk dari seluruh Kalimantan. terburuknya mutu pendidikan SMP di Kalbar dibandingkan provinsi lain dari seluruh Kalimantan terlihat dari rendahnya persentase berdasarkan capaian perolehan nilai hasil UAN 2006/2007.
Dari data perolehan nilai baik sekali untuk Kalbar terendah yaitu 1, 98 persen, disusul Kalteng 6,38 persen, Kalsel 6,30 persen dan Kaltim 15,38 persen. Perolehan nilai baik Kalbar juga menempati posisi terbawah yaitu 12, 5 persen, Kalsel 42,19 persen, Kalteng 54, 52 persen dan Kaltim 59,04 persen. Posisi terendah juga diduduki Kalbar pada perolehan nilai kurang 33,54 persen, Kalsel 10,14 persen dan Kaltim 1,26 persen. Sementara Kalteng nol persen. Untuk perolehan nilai kurang dari hasil UAN lagi-lagi Kalbar menduduki rangking pertama yaitu 6,65 persen, Kalsel 0,28 persen. Sedangkan Kalteng dan Kaltim nol persen.
Melihat kondisi mutu pendidikan SMP di Kalbar terburuk, Dekan FKIP Untan, Aswandi sangat terkejut dengan terpuruknya kondisi mutu pendidikan di Kalbar untuk tingkat SMP. Ia mengatakan kalau beberapa waktu lalu dirinya melihat pendidikan di Kalbar jongkok sekarang bukan jongkok lagi tapi sudah tiarap sambil angkat tangan sebagai tanda kalah jauh dengan daerah lain.
“Kalau jongkok saja artinya sudah dibawah rata-rata nasional sedang tiarap ini artinya memang sudah buruk sekali. Sebelum melihat data ini perasaan saya kemarin Kalbar masih diatas Kalteng tapi sekarang sudah jauh dibawah Kalteng apalagi dibandingkan Kalsel dan Kaltim,” katanya.
Persoalan rendahnya nilai hasil UAN SMP di Kalbar ini disebabkan banyak faktor tapi yang utama karena belajar belum efektif. Mengapa pembelajaran belum efektif karena gurunya belum profesional. Yang terpenting adalah komitmen dari guru untuk menjadi guru yang benar dan dan bertanggungjawab dengan tugasnya mendidik siswa. Biarpun guru-guru sudah memiliki kualifikasi S1 tapi kalau komitmennya rendah maka kualitas pembelajaran yang diberikannya juga akan rendah. Seharus saat ini guru punya komitmen yang tinggi dengan bangga menjadi seorang guru seperti seorang dokter dia bangga menjadi seorang dokter. Adanya rasa kebanggaan inilah yang akan menumbuhkan semangat mendidik siswa. Pembelajaran di sekolah menjadi tidak efektif karena guru kurang melakukan evaluasi. Setiap selesai melaksanakan pembelajaran mestinya guru melakukan evaluasi formatif. Artinya mengevaluasi melalui ulangan agar guru mengetahui sejauh mana pembelajaran yang dilaksanakannya dapat diserap peserta didik. Tapi yang terjadi guru tidak melakukan evaluasi melalui ulangan formatif. Ulangan formatif ini maksudnya memberikan soal-soal latihan pada murid untuk melihat sejauh mana daya serap murid pada materi pelajaran. Dari hasil ulangan tersebut dilihat dimana kekurangannya siswa. Kekurangan inilah menjadi bahan evaluasi guru untuk mengulang materi yang diajarkan jika materi tersebut belum diserap oleh siswa. Sementara saat ini yang dilakukan sekolah saat ini hanya ulangan sumatif yang digunakan untuk nilai raport tapi tidak untuk evaluasi dirinya.
Tidak adanya pembelajaran yang efektif disekolah tidak bisa disalahkan guru saja tapi kondisi ini juga disebabkan seringnya perubahan kurikulum sehingga guru dipusingkan dengan perubahan tersebut.
Akibat perubahan kurikulum ini guru dibuat kebingungan untuk merencanakan pembelajaran dan evaluasi formatif menjadi tidak bagus. Evaluasi formatif maksudnya evaluasi yang dilakukan untuk satuan pembelajaran. Misalkan setelah pembelajaran selama seminggu siswa evaluasi, apakah siswa sudah mengerti belum dengan pembelajaran tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Kalbar, Ngatman mengatakan data dari hasil rembuk nasional yang memperlihatkan mutu pendidikan SMP di Kalbar terburuk jangan dilihat dan dibandingkan dengan provinsi yang sudah maju tapi mesti dilihat perkembangan mutu pendidikan Kalbar dari tahun ke tahun. Ada tidak peningkatan hasil UAN siswa-siswa di Kalbar. Jika naik berarti ada perbaikan-perbaikan.
“Jangan langsung melihat provinsi yang sudah maju dan langsung ingin mengejar. Ya mana mungkin, jadi caranya kita melihat ini untuk evaluasi kedepan. Apasih langkah yang harus kita lakukan untuk perbaikan dan peningkatan,” katanya.
Nah untuk program-program perbaikan karena ini era otonomi di kabupaten/kota maka diharapkan pemerintah kabupaten kota juga harus melakukan langkah-langkah yang gencar untuk perbaikan mutu ini.
Faktor lain penyebab terpuruknya mutu SMP di Kalbar juga karena setengah dari sSMP di Kalbar adalah sekolah swasta. Dan sekolah swasta itu ada yang kondisi mutunya bagus juga ada yang kondisi mutunya rendah. Langkah yang diambil adalah membantu swasta melalui pembinaan peningkatan mutu. Selama ini Kalbar selalu mengalami peningkatan nilai rata-rata UAN. Untuk SMP nilai rata-rata UAN selama 3 tahun terakhir Kalbar mengalami peningkatan yaitu 2004/2005 nilai rata-rata menjadi 5,58, tahun 2005/2006 rata-ratanya naik menjadi 6,04 dan tahun 2006/2007 turun menjadi 5,92.
Ketua Komisi D DPRD Kota Pontianak, Firdaus Zar’in mengatakan apapun hasil rembuk nasional haruslah menjadi evaluasi bagi dunia pendidikan. Misalnya berkaitan dengan saran dan prasarana. Pemerintah mestinya segera melakukan langkah perbaikan sarana dan prasarana seperti kelengkapan bahan ajar, laboratorium dan kelengkapan lainnya. Persoalan sumber daya manusia seperti guru harus juga mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Terpuruknya mutu pendidikan di SMP ini harus dievaluasi sebenarnya kelemahannya dimana, misalnya untuk siswa SMP apa mata pelajaran yang di UAN kan. Nah mesti ada langkah konkret dari sekolah untuk mendongkrak nilai UAN SMP yang begitu rendah. “Tinggal kembali lagi kepada sekolah bersama Dinas Pendidikan untuk mengupayakan secara maksimal agar nilai UAN SMP meningkat,” katanya.■
Minggu, 02 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar